Alkisah di sebuah kerajaan, raja dan ratu mempunyai seorang putri bernama Mony. Raja dan ratu sangat memanjakan Mony dan selalu menanamkan pada diri Mony, bahwa dia adalah putri yang cantik. Tak ayal, Putri Mony pun tumbuh menjadi anak yang sombong dan merasa dirinya paling cantik sehingga dengan leluasa dia menghina siapa saja yang dianggapnya jelek.
Suatu hari, Mony diam-diam keluar istana. Dia ingin ada lebih banyak orang lagi yang memuji kecantikannya. "Tentu di luaran sana akan lebih banyak orang yang mengagumi kecantikanku!", puji Mony pada dirinya.
Dengan sombongnya, Mony berjalan di tengah pasar. Sepanjang jalan, dia terus menghina wanita-wanita yang ditemuinya.
"Nona, jika aku menjadi Anda tentu aku tidak akan keluar rumah dengan wajah begitu buruk!", kritik Mony. Gadis itu hanya menggelengkan kepala dan pergi berlalu.
Tidak beberapa lama, kembali Mony melihat gadis dengan banyak komedo di wajahnya. "Haii nona, tidak kah ibumu malu melahirkan gadis seperti kamu!" hujat Mony. Gadis itu tampak marah, namun melihat cincin kerajaan di jari Mony dia mengurunkan niatnya.
Tanpa disadarinya, ternyata ada seorang wanita tua yang memperhatikannya. Nenek itu mendekati Mony dan menyapanya.
"Haii, kau kah itu Mony yang diceritakan seisi negeri?" sapa nenek itu.
"ya!", ucap Mony bangga.
"Waah, benar kata mereka tentang parasmu! Kemarilah, biar kuberikan kepadamu sesuatu!" ucap nenek sambil memberikan sebuah bingkisan. "Pulang lah ke istana, dan jangan sampai Ratu tahu tentang benda ini! Benda ini akan membuat tahu tentang kebenaran. Benda ini tidak ada lagi di negeri ini, jadi kau harus menyimpannya dengan baik", lanjut nenek sebelum meninggalkan Mony seorang diri.
Mony segera pulang ke istana. Dia begitu penasaran dengan isi dari bingkisan itu, Mony juga mengikuti perintah nenek itu untuk tidak memberi tahu apapun pada Ratu.
Mony masuk ke kamarnya dan menguncinya rapat. Perlahan, ia membuka bingkisan itu dan mendapati benda berkilau yang ternyata sebuah cermin. Benda yang selama ini disembunyikan raja darinya.
Untuk pertama kalinya, Mony melihat wajahnya sendiri dan begitu terkejut karena wajahnya tidak seperti yang dibayangkannya selama ini dari cerita orangtua dan dayang-dayang di istananya. Sambil terisak dia membaca sehelai surat yang disisipkan wanita tua itu di bingkisannya, "Anda perlu bercermin sebelum menghakimi orang lain, wahai tuan putri yang cantik!"
“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Matius 7:3).
Sumber : vina cahyonoputri